Thursday, August 31, 2017

Semoga sastrawan Hamsad Rangkuti lekas sembuh

Foto: Dokumen pribadi saya

Semoga sastrawan Indonesia Hamsad Rangkuti diberkati Tuhan dan sembuh dari sakitnya agar bisa berkarya kembali. Senang bisa bertemu dengan Pak Hamsad di Yogyakarta pada acara peluncuran kumpulan cerpen "Lukisan Perkawinan" karyanya beberapa tahun silam dan sempat ngobrol sebentar. Buku kumpulan cerpen dengan kisah-kisah segar tersebut sudah saya baca tuntas dan masih tersusun dengan rapi di rak buku saya. Hamsad Rangkuti adalah cerpenis hebat yang dimiliki (sastra) Indonesia. Salam sastra! ✍️ (Tegalyoso, Yogyakarta, Agustus 2017)

Tidak sedikit kata bahasa Latin dan Prancis telah diserap oleh bahasa Inggris

Gambar: www.google.com

Dengan melihat bahasa Tetun Resmi (Timor-Leste) menyerap begitu banyak kata dari bahasa Portugis (kini bahasa resmi kedua di Timor-Leste), mungkin orang akan berpikir ini bisa menenggelamkan bahasa Tetun Resmi. Tetapi bila orang sempat belajar (sejarah) bahasa Inggris, Latin dan Prancis, ia tentu tahu bahwa tidak sedikit kata bahasa Latin dan Prancis telah diserap oleh bahasa Inggris, bahasa rumpun Germania yang paling populer pada masa kini. (Tegalyoso, Yogyakarta, 23 Agustus 2017)

Adakah (kampanye) literasi tanpa buku?

Gambar: www.google.com

Terkadang mungkin orang lupa. Entah! Cara paling nyata dan berguna untuk menunjukkan apresiasi seseorang--sebagai pencinta ilmu--kepada penulis adalah membeli buku, bukan sekadar meminta. Setiap penulis telah beramal dengan menulis. Dengan membeli buku, orang turut mendukung tradisi literasi yang kuat dan berkelanjutan. Adakah (kampanye) literasi tanpa buku? (Tegalyoso, Yogyakarta, 19 Agustus 2017)

"Feotnai Mapules—Princino Laŭdata" di Pekan Buku Berbahasa Esperanto

Foto: Dikirim dari Belgia oleh Penerbit

Pada bulan Juni lalu, sebuah pekan buku berbahasa Esperanto diadakan di Belgia. Buku kumpulan puisi dwibahasa Dawan-Esperanto saya "Feotnai Mapules—Princino Laŭdata" (Indonesia: Putri Terpuji atau Putri Pujaan) ikut dipajang di sana dengan buku-buku lain dari berbagai negara. Buku 250 halaman yang memuat 100 puisi asli dalam bahasa Dawan dan 100 puisi terjemahan dalam bahasa Esperanto ini diterbitkan di Antwerpen, Belgia, oleh Eldonejo Libera pada tanggal 31 Desember 2016. Buku ini bisa dipesan di https://www.amazon[.]com. Maaf, saya tidak punya stok buku ini untuk dijual di Indonesia. Salam sastra,

18 Agustus 1945, 72 Tahun Silam


Gambar: www.google.com

Hari ini, 72 tahun silam (18 Agustus 1945), bahasa Indonesia secara resmi ditetapkan sebagai bahasa negara. Pada Bab XV Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Hal itu terjadi setelah bahasa Indonesia---yang sebelumnya bernama bahasa Melayu---dinyatakan secara bersama sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sebagai warga Indonesia dan pengguna serta pencinta bahasa yang amat mengagumkan ini, mari kita melakukan apa yang kita bisa untuk terus memantapkan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara di tengah dunia ini seraya turut mengambil bagian aktif dalam memelihara bahasa-bahasa daerah kita sebagai pembentuk mosaik kebudayaan Indonesia, dan tak lupa menjalin persahabatan global melalui berbagai bahasa insani. Dirgahayu bahasa negara RI! Salam! (Yogyakarta, 18 Agustus 2017)

Saturday, August 19, 2017

Lima puisi Tetun di "Jornál Semanál MATADALAN"(Edisi 171, 26 Juni-4 Juli 2017)

Foto: Cancio Ximenes, di Dili

Sekadar informasi sastra. Telah terbit di "Jornál Semanál MATADALAN" (Edisi 171, 26 Juni-4 Juli 2017) lima puisi Tetun Resmi/Nasional saya yang masing-masing berjudul LORAIK IDA IHA LIFAU (Suatu sore di Lifau), ITA HASORU MALU TAN (Kita berjumpa lagi), DOMIN LOOS (Cinta sejati), Ó IHA-NE’EBÉ? (Di manakah kauberada?), dan HAHÚ HOSI NA’I NIA LORON (Berawal dari hari Tuhan). "Jornál Semanál MATADALAN" adalah mingguan berbahasa Tetun yang terbit di Dili, ibu kota Republik Demokratik Timor-Leste (RDTL). Karya-karya saya (puisi dan cerpen) terbit secara berkala di mingguan Tetun ini sejak Oktober 2013. Terima kasih banyak atas perhatian dan kerja sama Cancio Ximenes selama ini. Kumprimentus hosi Yogyakarta, Indonézia!

SÂMÂNȚA VIITORULUI, De: Yohanes Manhitu

Image: sg-dae.kxcdn.com

I am glad to know that my English poem "SEED OF THE FUTURE" (Yogyakarta, 3 November 2003) has recently been translated into Romanian by the famous Romanian poet and mathematician Elena Liliana Popescu, who has previously translated some of my Spanish poems into Romanian and published two of them in "Lumină Lină" (No.1, 2016), a Romanian literary magazine in New York, USA. I myself have translated some of her works into Indonesian dan Dawan. It has been a great literary exchange. Mulţumesc, dear poet Elena Popescu​!
----------------------------------------------------------

SÂMÂNȚA VIITORULUI

De Yohanes Manhitu

O sămânță, am plantat-o mână în mână
cu floarea sufletului meu cântător.
Mă rog să crească și să hrănească vieţi
înfometate şi însetate pentru totdeauna.

Sămânța, am plantat-o cu sudoare
și oboseală sub ploaie și soare.
Dispreţul și refuzul, pe care lumea mi le oferă,
dialogurile și zâmbetele sunt armele mele grele.

Acum încep să văd că sămânţa creşte bine
într-un vas de rugăciuni neliniștite și mari eforturi,
udate cu răbdare totală și încredere pură.
Doar visele de-a lungul vieții îi sunt îngrășăminte.

Va veni timpul să recoltați cu bucurie,
boabele grâului de îndelungă răbdare.
Dansurile, poemele și cântecele vor fi amuzante.
Binecuvântările Celui Atotputernic vor veni.

De data aceasta, oboseala nu va mai domni,
plânsul se va transforma în râsul victoriei,
buzunarele vor fi pline cu aur și diamante,
inimile și sufletele vor fi pline de bucurie.

Yogyakarta, 3 noiembrie 2003

Traducere de Elena Liliana Popescu
București, 12 august 2017
--------------------------

SEED OF THE FUTURE

By: Yohanes Manhitu

A seed, I have planted hand in hand
with the flower of my singing soul.
I pray it will grow and feed hungry
and thirsty lives forever and ever.

The seed, I have planted with sweat
and fatigue under the rain and the sun.
Scorn and refusal, the world grants me,
talks and smiles are my heavy weapons.

Now I begin to see the seed growing well
in a pot of restless prayers and hard efforts,
watered with total patience and pure trust.
Lifelong dreams are its only fertilizers.

The time will come to harvest with joy,
the grains of the wheat of long patience.
Dances, poems, and songs will be amusing.
The blessings of the Almighty will come.

This time, fatigue will reign no longer,
weeping will turn into laughter of victory,
pockets will be full of gold and diamonds,
hearts and souls will be full of exultation.

Yogyakarta, 3 November 2003