Saturday, December 31, 2016

Untuk bisa terampil menulis dalam bahasa Inggris

Kunci utama untuk bisa terampil menulis dalam bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya adalah tekun berlatih (tanpa takut salah) dan membaca, sebagai pendukung utama. Untuk maksud ini, saya masih terus belajar sebagai murid yang tak asing dalam konteks yang terkadang sangat asing. Nikmati saja!

So, let's learn together, dear.

Picture: www.google.com
The time will come for us to gaily jump from one language to another without feeling awkward. So, let's learn together, dear. Don't worry! Speaking a dozen languages very slowly is not a sin. It's better than getting lost in translation.

Apakah puisi sanggup mendewasakan?

Foto: https://fineartamerica.com

Barangkali ada orang yang sempat bertanya, "Apakah puisi sanggup mendewasakan seseorang secara intelektual dan emosional?" Parameter apakah yang dapat digunakan untuk mengukur hal itu? Bagi orang yang lebih berfokus pada dan asyik dengan proses kreatif, pertanyaan itu lebih tepat untuk dijawab oleh peneliti isi kepala atau mungkin pakar perasaan (bukan dukun ya!).

Dulingva poemaro "Feotnai Mapules—Princino Laŭdata", Eldonita de Eldonejo Libera


Kabar gembira! Hari ini, 31 Desember 2016, telah terbit di Antwerpen, Belgia, buku puisi dwibahasa Dawan-Esperanto saya Feotnai Mapules—Princino Laŭdata (Indonesia: Putri Terpuji atau Putri Pujaan). Buku 250 halaman yang memuat 100 puisi Dawan-Esperanto itu diterbitkan oleh Eldonejo Libera. Silakan kunjungi: e-libera.weebly.com dan amazon.com. Salam,
---------------------------------------------------


Bona novaĵo! Hodiaŭ, la 31an de decembro 2016, jam aperis en Antverpeno, Belgio, mia dulingva poemaro Feotnai Mapules—Princino Laŭdata. Ĉi tiu libro de 250 paĝoj, kiu enhavas 100 dulingvajn poemojn, estas eldonita de Eldonejo Libera. Bonvolu viziti: e-libera.weebly.com kaj amazon.com. Amike,

"Antología de Salamanca" yang berjudul "No Resignación" (Pantang Menyerah)


Sekadar informasi sastra. Kemarin, Selasa, 15 November 2016, telah terbit di Kota Salamanca, Spanyol, Antología de Salamanca yang berjudul No Resignación (Pantang Menyerah), yakni kumpulan puisi penolakan kekerasan terhadap perempuan yang ditulis 135 orang penyair dari 35 negara di lima benua, sebagaimana terlihat pada subjudulnya: Poetas del mundo por la no violencia contra la mujer. Ketika diundang---sebagai orang Indonesia---untuk ambil bagian dalam antologi tersebut pada bulan Juni, saya diminta oleh penyair Spanyol Alfredo Pérez Alencart, sang penggagas antologi, untuk menyediakan puisi dwibahasa (Spanyol-Indonesia) sekaligus. Kedua puisi saya itu masing-masing berjudul "ESCENARIO DE AMARGURA" (hlm. 50) dan "PENTAS KEGETIRAN" (hlm. 234). Ini sebuah kesempatan baik untuk terus belajar bahasa dan sastra serta berbagi lewat puisi. Kiranya dialog sastra---yang juga dialog peradaban---bisa terpelihara. Salam sastra,

Foto: Dari buku antologi No Resignación, terbitan Ayuntamiento de Salamanca; lukisan sampul dan isi: Miguel Elías

Wednesday, November 30, 2016

Puisi "Vi preteriras kun la luno" di Edisi ke-227 (April 2011), Buletin "Vesperto"

Sekadar informasi. Beberapa saat lalu, saya baru tahu, setelah iseng melayari jagat Google, bahwa ternyata pada edisinya yang ke-227 (April 2011), buletin Vesperto memuat sebuah puisi Esperanto yang saya terjemahkan sendiri dari satu puisi Dawan saya: Vi preteriras kun la luno (dari puisi Ho mfin kum mok funan; Indonesia: Kauberlalu bersama rembulan). Yang menarik bagi saya adalah puisi itu dimuat pada halaman yang sama dengan karya Marjorie Boulton (lahir 7 Mei 1924)---seorang penyair perempuan Inggris yang termasyhur di dunia sastra Esperanto. Saya anggap hal ini sebagai motivasi bagus untuk lebih tekun berkarya.

Buletin sastra "Vesperto" yang terbit di Kaposvár, Hungaria, adalah salah satu media reguler yang menerbitkan beberapa puisi Esperanto asli saya pada awal kepenulisan saya dalam bahasa hebat ini (sejak 2006). Media sastra lain yang menerbitkan puisi (dan esai) Esperanto saya adalah "Beletra Almanako" (New York, AS), "La Karavelo" (Portugal), "Esperanto en Azio" (Jepang), dan juga "Sennaciulo" (Prancis). Semoga daftar media Esperanto ini bertambah.
--------------------------------------------


Puisi Esperanto-Dawan (versi asli)-Indonesia:

VI PRETERIRAS KUN LA LUNO

Meznokte aperas la luno,
la mondo estas en silento,
mi serĉas por vidi vian belecon
je la lumo de la luno.


Preskaŭ alvenas la suno
por bani la teron per varmeco,
vi preteriras kun la luno
kaj lasas al mi bedaŭron.


Sed la vivo ne haltas
kvankam via beleco franda
forlasas miajn sonĝojn,
ĉar mi ĉiam esperas.


Kefa, Timoro, februare 2011
------------------------------------


HO MFIN KUM MOK FUNAN

Fai natnán, funne natból,
pah-pinne mnesamnés,
au aim he ít ho masam
nbi funne in meûsinen.


Nenomatne he ntea ben
he nhoi pah nèk maputun,
ho mfin kum mok funan,
mubalab kau nektuäs.


Me monit ka nasnás fa
masi ho masam apaisâ
nasaitan au nanaitin
fun au ufnekan piuta.


Yogyakarta, Funhâ 2007
---------------------------


KAUBERLALU BERSAMA REMBULAN

Larut malam, muncul bulan,
sunyi sepi meliputi dunia,
kucari ‘tuk temukan elokmu
di terang sang rembulan.


Sang surya kini hampir tiba
‘tuk jemur bumi dengan panasnya,
kauberlalu bersama bulan,
sisakan aku kesedihan.


Namun hidup tak berakhir
walau elokmu yang menggoda
kini jauh dari mimpi-mimpiku
karena aku tetap berharap.
---------------------------


Salam mesra dan salam sastra bagi para penikmat sastra.
Foto: Cuplikan dari "Vesperto" edisi 227 (April 2011)

Lima puisi Tetun Nasional saya di Edisi 150 (21 Oktober-1 November 2016) "Jornál Semanál Matadalan"---Mingguan di Dili, Timor-Leste


Sekadar informasi. Lima puisi Tetun Nasional saya baru-baru ini terbit di Edisi 150 (21 Oktober-1 November 2016) "Jornál Semanál MATADALAN"---sebuah mingguan berbahasa Tetun Nasional di Dili, ibu kota Timor-Leste. Sejak 2013, mingguan ibu kota ini telah menerbitkan sejumlah puisi dan cerpen saya yang ditulis langsung dalam bahasa Tetun Nasional, yakni bahasa resmi pertama dan bahasa nasional pertama Republik Demokratik Timor-Leste (RDTL). Semoga dialog budaya melalui sastra, terutama puisi, dapat terus berjalan dan lestari. Terima kasih kepada Bung Cancio Ximenes atas versi "scan" yang barusan dikirim dari kantor redaksi "Matadalan" (Kompas) di Dili. Salam sastra,

Se sai modo no masin

Retratu: www.google.com

Se ita na'in-rua sai modo no masin,
kahur iha taxu ksolok domin nian,
parese la baibain presiza sasin
hodi hateten buat hotu ho lian.


Autór: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 10/11/2016

Puisi "Para Kekasih" dan "Waktu Sang Pencerita" Terbit di Salamanca, Spanyol


Sekadar informasi. Telah terbit dua puisi terjemahan Indonesia saya---langsung dari versi berbahasa Spanyol---dalam dua antologi multibahasa di Salamanca, Spanyol. Kedua antologi yang diterbitkan oleh Diputación de Salamanca itu berjudul "OSCÚRAME (karya Ingrid Valencia dari Meksiko; dengan terjemahan saya yang berjudul "PARA KEKASIH") dan "LA METÁFORA DEL CORAZÓN" (karya José Pulido Navas dari Spanyol; dengan terjemahan saya yang berjudul "WAKTU SANG PENCERITA"). Kedua penyair hebat dari dunia Hispanofon tersebut adalah pemenang "III PREMIO INTERNACIONAL DE POESÍA 'PILAR FERNÁNDEZ LABRADOR'". Salam sastra,

Triste tan horisehik

Retratu: www.google.com

Se loron naruk ó triste tan horisehik,
ó sei haluha atu goza loron ohin.
Keta husik susar atu ukun resik
no tau abuabu iha ó-nia oin.

Autór: Yohanes Manhitu
Yogyakarta, 9/11/2016

Monday, October 31, 2016

Yang Lebih Penting tentang Menulis

Foto: www.postallove.com

Sebenarnya yang lebih penting tentang menulis adalah apa pesan yang ingin disampaikan kepada (para) pembaca. Kalau soal bahasa yang dipakai untuk menuliskannya, itu adalah pilihan atau kesukaan si penulis sendiri, tergantung pada kepada siapa (yang berbahasa apa) ia menulis---siapa yang menjadi calon penerima pesannya. Saya selalu merasa nyaman saja menulis dalam bahasa daerah, bahasa nasional, dan/atau bahasa asing. Ketika menulis dalam bahasa asing, baik itu yang alami (seperti bahasa Inggris, Spanyol dll.) maupun ciptaan (seperti bahasa Esperanto, adikarya L. L. Zamenhof), itu sama sekali tak berarti saya telah mengesampingkan bahasa(-bahasa) daerah saya ataupun bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional & resmi negara ini. Sekali lagi, itu soal preferensi pribadi penulis. Lewat tulisan dalam sebuah bahasa yang dipilih secara bebas, kita bisa menyelamatkan gagasan-gagasan kita. Hidup-matinya setiap ide adalah tanggung jawab si pemilik ide itu sendiri. Salam mesra,

Berbah, Yogyakarta, 26 Oktober 2016

Dua hati insani telah berpadu

Ilustrasi: www.google.com

Terkadang di hatimu bersarang rindu
yang rasanya 'kan bertahan sewindu.
Ketika dua hati insani telah berpadu,
setiap waktu terasa bertetes madu.


(Sekadar potret suasana pagi)
Yogyakarta, 17 Oktober 2016

Air mata langit

Ilustrasi: www.gettyimages.com

Kembali, kau datang, oh air mata langit,
membasuh wajah halaman berumput
yang belum sempat dipangkas rapi
karena kuasyik mengasuh angan.


(Sekadar potret suatu petang)
Yogyakarta, 11 Oktober 2016

Sepotong Pantun Subuh

Ilustrasi: www.google.com

Pergi membeli tepung terigu,
tak perlu lama, sudah diukur.
Melintasi gerbang Minggu,
yang terucap, puji syukur.

(Yohanes Manhitu, 2016)

Setelah terbitnya "Sub la vasta ĉielo" (2010)



Tabik! Setelah terbitnya kumpulan puisi asli pertama saya dalam bahasa Esperanto yang berjudul Sub la vasta ĉielo (New South Wales, Australia: Mondeto, 2010), saya belum sempat menulis banyak puisi Esperanto, kecuali sibuk dan asyik mempersiapkan kumpulan puisi dwibahasa Dawan-Esperanto perdana saya. Semoga bisa terbit dalam waktu dekat ini. Akan saya kabari.

Ingin rasaya kupergi sendiri ke sebuah tempat yang cocok dan menghabiskan menit-menit yang begitu berharga dengan menulis puisi berbahasa Esperanto. Ah! Betapa nikmatnya menulis puisi dalam bahasa ini, mahakarya Ludwik Lazar Zamenhof (1859-1917)! Bahasa ini mulai saya pelajari dengan cukup tekun pada bulan Januari 2001 dan puisi Esperanto pertama saya Sub la vasta ĉielo---yang menjadi judul kumpulan puisi---lahir pada bulan Juni 2006.

Bila masih ada kesempatan untuk mengukir jejakmu pada dinding waktu, lakukanlah! Tulislah! Dikau bisa memilih untuk menulis dalam bahasa apa saja yang "dikuasai" dengan baik. Bisa dalam bahasa daerah, bahasa nasional, atau bahasa "internasional". Atau bahkan bisa dalam ketiga-tiganya. Tiada yang 'kan melarangmu. Gunakanlah bahasa yang memungkinkanmu untuk menuangkan pikiran dan perasaanmu dengan bebas bagai kijang di alam lepas.

Selamat berakhir pekan dan salam sastra mesra!
Berbah, Yogyakarta, 8 Oktober 2016

Latihan Konjugasi Kata Kerja Bahasa Dawan

Foto: https://daakuspeaks.com

Sekadar latihan konjugasi kata kerja bahasa Dawan (Uab Meto*) untuk kata "mengenal" (dan juga "mengetahui"). Kata kerja bahasa Dawan berubah menurut subjek kalimat, tetapi tidak menurut waktu dan modus.

Au uhín bifé nae. = Saya mengenal perempuan itu.
Ho muhín bifé nae. = Engkau/kamu mengenal perempuan itu.
In nahín bifé nae. = Dia mengenal perempuan itu.
Hit tahín bifé nae. = Kita/Anda mengenal perempuan itu.
Hai mihín bifé nae. = Kami mengenal perempuan itu.
Hi/hei mihín bifé nae. = Kalian/kamu mengenal perempuan itu.
Sin nahín bifé nae. = Mereka mengenal perempuan itu.

Cukup dulu ya. Lain kali kita bahas kata kerja yang lain. Salam bahasa dan sastra,

----------------
*) Bahasa Dawan (Uab Meto) adalah bahasa Timor dengan jumlah penutur asli terbanyak; digunakan di Timor Indonesia (NTT) dan Timor-Leste. Bahasa ini merupakan bahasa Timor terbesar selain Tetun dan dialek-dialeknya.

Di sebuah emperan

Ilustrasi: www.google.com

Pagi-pagi sekali, di sebuah emperan,
seekor anjing kudisan dihajar umpatan.
Dari sana, ia berlari ke arah perempatan
karena tak tahan hantaman bak comberan.

(Tentu ini bukan pagi yang diharapkan)
Berbah, Yogyakarta, 5 Oktober 2016

Di tapal batas kerinduan

Foto: https://thefourthrevolution.org

Ah! Ingin kurangkul erat dirimu di tapal batas kerinduan,
di mana penantian tuntas dan rasa sesak itu lepas,
di mana keresahan itu ludes termakan api puas,
di mana kemerdekaan tergapai dan kubebas,
di mana di mana-mana dadaku terasa luas.


(Sekadar melukis malam dengan kata)
Berbah, Yogyakarta, 4 Oktober 2016

"Narahubung" dan "Narakontak"

Foto: https://in.pinterest.com

Dua kata bahasa Indonesia yang tampaknya kurang populer dalam masyarakat Indonesia adalah "narahubung" dan "narakontak", yang padanan Inggrisnya adalah "contact person". Rasanya kurang afdol jika dalam undangan berbahasa Indonesia, kata Inggris ini tercantum. Jika ada kata "narasumber" (orang yang menjadi sumber informasi) dan "narapidana" (orang yang terpidana), tentu wajar kalau ada "narahubung" dan "narakontak" (orang yang dapat dihubungi atau dikontak). Sinonim kata "nara" adalah "orang".

(Berbah, Yogyakarta, 3 Oktober 2016)

Tuesday, October 25, 2016

DARI SATU ZIARAH KE ZIARAH LAIN

Foto: www.google.com

Oleh: Yohanes Manhitu

Buat sang teman ziarah dalam satu ziarah

Tentang laju waktu, aku tak mau berkomentar.
Kuhanya ingat perjumpaan di bulan Maria itu
ketika di bawah pohon rindang, kaumenanti.
Lalu berdua kita melangkah ke taman hijau.


Sangat mungkin itulah prolog ziarah rasa.
Tiada perjumpaan yang miskin alasan
walau baru bening setelah semusim.
Satu ziarah bertolak dari ziarah lain.


Kamera boleh menangkap wajah,
namun kulebih nyaman bersajak
karena kata-kata bisa lebih awet
menyimpan selaksa kenangan.


Tak seluruh obrolan di taman
terekam verbatim di benak.
Yang pasti, kalimat ziarah
terlontar penuh senyum.


Yogyakarta, 25/10/2016

Friday, September 30, 2016

Happy International Translation Day! (30 Sept. 2016)


Sem tradução, não há nenhuma historia do mundo.
Without translation, there is no history of the world.
Sin traducción, no hay ninguna historia del mundo.
Son ada terjemahan, son ada dunia pung sejara.
Ka nmuï tlakab uab, ka nmuî fa pah-pinan in piöt.
Sans traduction, il n'y a pas d'histoire du monde.
Sen traduko, ne ekzistas historio de la mondo.
Senza traduzione, non c'è historia del mondo.
Ora ono terjemahan, ora ono sejarah dunyo.
Tanpa terjemahan, tidak ada sejarah dunia.
Lahó tradusaun, la iha istória mundu nian.
Sine translatio, historia mundi non est.


---L. G. Kelly (2004)

(The other sentences in eleven languages are translated from the English version by Yohanes Manhitu, 30 September 2016). Carpe diem!

Puisi "Esperantistoj" dibacakan dalam siaran Radio 3ZZZ di Melbourne, Australia (18 Maret 2013)


Foto: Studio Radio 3ZZZ; http://www.esperanto.com.au
Sekadar informasi. Ternyata puisi (asli) Esperanto saya "Esperantistoj" (7 Februari 2012) pernah dibacakan dalam siaran Radio 3ZZZ (Melbourne Ethnic Community Radio) di Melbourne, Australia, Senin, 18 Maret 2013. Bagi teman-teman yang mengerti bahasa Esperanto dan suka puisi, silakan simak siaran tersebut dengan cara mengklik http://www.melburno.org.au/3ZZZradio/mp3/2013-03-18.3ZZZ.radio.mp3 (dari menit 54:40-55:48). Salam sastra,
--------------------------------------------------------

ESPERANTISTOJ

De: Yohanes Manhitu

Homoj plenaj je vervo kaj espero
en la mondo kie troviĝas laboro:
realigi belan revon kun gloro
por la bono de la homaro.

Ĉie ili parolas Esperanton,
komencante kun ”saluton!”
Kiam ili volas skribi poŝtkarton,
la unua vorto ja estas ”saluton!”

Tra la mondo estas malkompreno;
por kompreno, tio estas ia veneno.
Diverseco nia neniam estas puno
por ni, homidaro kun ŝtona koro?

Homoj kutime ja havas intereson
kaj bezonon koni alian personon.
Estas necese havi vastan konon;
Esperantistoj havas proponon.

Yogyakarta, 7 februaro 2012

Sudah cukup lama tidak mengunjungi candi

Foto: www.google.com

Hmmm... Ternyata sudah cukup lama ya saya tidak mengunjungi candi-candi di Jogja dan Jawa Tengah. Terakhir kali saya pergi ke Candi Borobudur ketika saya menemani Ibu Tatiana, seorang guru bahasa Esperanto dari Rusia. 

Selama kurang lebih dua minggu menemaninya ke mana-mana, termasuk ke keraton Yogyakarta, kami berbahasa Esperanto saja. Maklum, saya tidak bisa berbahasa Rusia dan dia pun tidak bisa berbahasa Indonesia dan Inggris. Untung masih ada bahasa Esperanto yang berfungsi dengan baik sebagai "lingua franca" bagi kami. Cukup banyak perjumpaan saya dengan para penutur bahasa Esperanto dari berbagai negara menguatkan keyakinan saya akan manfaat nyata dan kehebatan bahasa ciptaan L. L. Zamenhof ini. Sungguh!

Kembali ke soal mengunjungi candi. Ingin sekali saya mengunjungi lagi Candi Gedong Songo yang saya datangi lebih dari 10 tahun silam. Sebenarnya, ada begitu banyak tempat menarik di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang patut dan asyik dikunjungi. Hanya terkadang kita tenggelam dalam lautan urusan kerja sehari-hari. Semoga segera ada kesempatan bagus untuk berwisata.Ω

Yogyakarta, 20 September 2016

Gramedia International Office: "Kamus Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis" (Portuguese-Indonesian, Indonesian-Portuguese Dictionary)



Greetings! This piece of information might be useful to those abroad who have recently contacted me asking about how and where to purchase my Kamus Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis (Portuguese-Indonesian, Indonesian-Portuguese Dictionary) online. The lexicographical work was published by PT Gramedia Pustaka Utama in Jakarta, Indonesia, in December 2015.
-----------------------------------------------------------------------------------
Gramedia International Office

International Marketing is a department within Gramedia Group of Book Publishing Companies, Kompas Gramedia Corporation. We represent five book publishers of the group: Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo, Gramedia Widiasarana Indonesia, Kepustakaan Populer Gramedia and M & C!.

Kompas Gramedia Building
Block I, 5-th Floor
29 - 37 Palmerah Barat
Jakarta 10270, Indonesia

Telp: (+62) 21 5365 01 10/11 ext. 3505
Fax: (+62) 21 530 0545

Email: yudith@gramediapublishers.com
web.gi@gramediapublishers.com

http://gramediainternational.com

THE E-BOOK of this bilingual dictionary is available for purchase at https://ebooks.gramedia.com/books/kamus-indonesia-portugis-portugis-indonesia.

Buat apa buang tenaga

Foto: www.google.com

Buat apa buang tenaga untuk menyerang
bila badai telah lepas-tuntas menerjang?
Terkadang hati orang demikian senang
jika tanpa berjuang pun bisa menang.


(Sekadar renungan pengiring fajar)

Goresan Yohanes Manhitu, 
Jogja, 18 Sept. 2016

Friday, September 16, 2016

Ternyata ini siang bolong

Foto: www.google.com

Tiada kalong, serigala tak melolong,
kita di sini, terperangkap di kolong.
Tak perlu minta orang menolong.
Eh...! Ternyata ini siang bolong.

(Sekadar bait penanda waktu)
Yogyakarta, 16 Sept. 2016

Thursday, September 15, 2016

Ungkapan "Mencari Nama"

Foto: Pemerahan susu kerbau; https://1.bp.blogspot.com

Ungkapan "mencari nama" menunjukkan dengan jelas bahwa nama yang diberikan orang tua dan juga sapaan para teman kita belum cukup. "Mencari nama" masih menjadi salah satu butir pencarian insani selama hayat dikandung badan. Tampaknya hal inilah yang mendorong terciptanya peribahasa Indonesia "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama". Tetapi dalam kehidupan sehari-sehari, terkadang fakta yang digambarkan oleh peribahasa "Kerbau punya susu, sapi punya nama" jauh lebih akrabsudah tak asing lagi.

Salam mesra bagi semua!

Saturday, September 10, 2016

Buku "Tetum, A Language For Everyone / Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu" (New York: Mondial, 2016) di berbagai situs internet negara asing

Foto: www.google.com

Akhirnya, harapan saya terkabul juga. Kini informasi dan gambar sampul depan buku Tetum, A Language For Everyone / Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu (New York, Amerika Serikat: Mondial, 15 Agustus 2016) muncul di berbagai situs internet negara asing. Hingga kini terdapat di:
  1. https://www.amazon.com (klik)
  2. https://www.amazon.ca (klik)
  3. https://www.amazon.fr (klik)
  4. https://magrudy.com (klik)
  5. www.mediander.com (klik)
  6. https://www.tanum.no (klik)
  7. http://www.alibris.co.uk (klik)
  8. http://foreign.aladin.co.kr (klik)
  9. origin-mnr.barnesandnoble.com (klik)
Informasi lebih lengkap tentang karya ini terdapat di http://ymanhitu-works.blogspot.com/2016/09/tetum-language-for-everyone-tetun-lian.html.

Peduli apa pada gelombang?


(Jawaban buat Lanny Koroh di Facebook)

Ketika raga menemukan ruang
dan jiwa tak merasa terkurung,
segalanya terasa berimbang,
peduli apa pada gelombang?

Yogyakarta, 7 Sept. 2016

Empat buah puisi Tetun Nasional di Edisi 147 "Jornál Semanál Matadalan" (30 Agustus-6 September 2016)

Foto: Kiriman Jornál Semanál Matadalan


Sekadar informasi: Empat buah puisi Tetun Nasional saya baru terbit di Edisi 147 (30 Agustus-6 September 2016) Jornál Semanál Matadalan, sebuah mingguan berbahasa Tetun di Dili, ibu kota Republik Demokratik Timor-Leste (RDTL). Puisi-puisi yang terbit tersebut masing-masing berjudul: HA’U IHA SAUDADES NAFATIN BA Ó (2010); RAI MORIS-FATIN (2010); HOSI ODAMATAN BA ODAMATAN (2011); dan TO’O-FATIN RASIK (2010).

Terima kasih banyak kepada Bung Cancio Ximenes yang dengan ramah mengundang saya pada tahun 2013―setelah Matadalan berdiri―untuk ikut "meramaikan" rubrik Arte & Literatura di Matadalan (Tetun, Pemandu). Sejak saat itu, sejumlah puisi dan cerpen asli saya dalam bahasa Tetun Nasional telah terbit di media ibu kota RDRL tersebut. Semoga tali persahabatan sastrawi ini tetap terpelihara baik, terutama di antara para warga dua negara tetangga.

Teman-teman peminat sastra (puisi) di Timor-Leste, terutama di Kota Dili, dapat menikmati puisi-puisi tersebut langsung di versi cetak Matadalan apabila hasil "scan" yang dimuat di sini kurang jelas. Salam sastra dan salam mesra,

(Yogyakarta, 6 September 2016)

Kisah Tentang Terbitnya Sebuah Buku di New York

Gambar: https://www.pinterest.com

Setelah melalui sebuah perjalanan yang panjang (Indonesia [Yogyakarta-Jakarta]-Australia-Amerika Serikat), akhirnya buku saya Tetum, A Language For Everyone / Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu (Tetun, Sebuah Bahasa Untuk Semua Orang) diterbitkan di New York, AS, oleh Mondial, sebuah penerbit buku berbahasa Inggris, Esperanto, dan Jerman.

Buku tersebut sebenarnya berasal dari bahan per bab yang saya susun sendiri dan gunakan untuk mengajar bahasa Tetun Nasional kepada orang-orang asing di Yogyakarta beberapa tahun silam (2006-2008). Penelusuran dan pengayaan terus-meneruslah yang membawa bahan-bahan tersebut ke status buku. Pada awalnya, naskah itu ditulis dalam bahasa Inggris ragam Britania (British English) dan kemudian ditawarkan kepada sebuah penerbit besar di Jakarta. Tetapi karena alasan peluang pasar, dianjurkan untuk menawarkannya kepada penerbit di Australia. Setelah ditawarkan kepada sebuah penerbit di New South Wales, Australia, ternyata belum beruntung. Akhirnya, saya mencari kemungkinan di Amerika Serikat (AS). Mungkin saya akan mencoba mencari lagi peluang di Kanada dan/atau Inggris kalau belum berhasil di AS. Syukurlah, saya dapat menemukan sebuah penerbit di New York yang memberikan "angin segar". Dan karena akan diterbitkan di AS, isi buku harus saya sesuaikan dengan bahasa Inggris ragam Amerika Serikat (American English). Satu hal yang menarik dari buku ini adalah komunikasi dari awal hingga penerbitannya dilakukan secara total dalam bahasa Esperanto, bahasa hebat rancangan L. L. Zamenhof.

Berbeda dengan beberapa buku saya sebelumnya, buku pelajaran Tetum, A Language For Everyone / Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu tidak dijual di Indonesia dan/atau Timor-Leste, negara berbahasa Tetun. Tetapi bisa dipesan secara daring (online) di Mondialbooks atau Ebay.

Tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada Bung Herminio Lelan dari Oekusi-Ambeno, Timor-Leste, yang telah membagikan foto indahnya untuk menghias sampul buku saya. Nama Bung tercatat jelas di buku tersebut.

Labor omnia vincit improbus (Latin, Pekerjaan yang dilakukan dengan tekun mengatasi segala rintangan; Tetun: Serbisu ho badinas manán obstákulu hotu-hotu). Semoga karya ini bermanfaat seluas-luasnya. 
Salam mesra,

(Yogyakarta, 2 September 2016)

My new book "Tetum, A Language For Everyone / Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu" (August 2016)


For your information: My new book Tetum, A Language For Everyone / Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu has been published by Mondial in New York, USA. (See: http://ymanhitu-works.blogspot.com/2016/09/tetum-language-for-everyone-tetun-lian.html)
----------------------------------
 
Ba Ita-Boot nia informasaun: Ha'u-nia livru foun Tetum, A Language For Everyone / Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu Mondial fó-sai tiha ona iha Nova Yorke, Estadus Unidus. (Livru ida-ne'e ha'u hakerek hodi lia-inglés)
----------------------------------

Sebagai informasi untuk Anda: Buku baru saya Tetum, A Language For Everyone / Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu (Tetun, Sebuah Bahasa Untuk Semua Orang) telah diterbitkan oleh Mondial di New York, Amerika Serikat.
----------------------------------

Por via informo: Mia nova libro Tetum, A Language For Everyone / Tetun, Lian Ida Ba Ema Hotu-Hotu jam estas eldonita de Mondial en Novjorko, Usono.
---------------------------------- 
 
Product Details
Paperback: 140 pages
Publisher: MONDIAL (August 15, 2016)
Language: English (Inglés)
ISBN-10: 1595693211
ISBN-13: 978-1595693211
Library of Congress Control Number: 2016940532
Product Dimensions: 8.5 x 0.3 x 11 inches
Shipping Weight: 12.2 ounces
Front cover image: Herminio M. Lelan


(Yogyakarta, 2 September 2016)

Tuesday, August 30, 2016

Anak panah harus ditarik mundur

Foto: biologigonz.blogspot.com
Benar kata orang bijak, bahwa anak panah harus ditarik mundur agar bisa meluncur jauh ke depan. Berarti kegagalan itu suatu transisi untuk lebih sukses. Tetapi pada umumnya, ketika gagal, kita larut dalam 'kemunduran' itu sehingga jangankan untuk meluncur, melangkah dengan gontai saja kita sudah enggan. (Yogyakarta, 27 Agustus 2011)

Apalah artinya makan kenyang, tapi miskin gagasan

Foto: https://www.pexels.com/search/pen

Kehabisan gagasan di otak bisa sama dengan kehabisan beras di gudang. Apalah artinya makan kenyang, tapi miskin gagasan, apalagi yang cemerlang. Tetapi tentu itu tak berarti untuk mempunyai gagasan orang harus lapar atau kelaparan. 

(Yogyakarta, 29 Agustus 2012)

Sekilas Informasi tentang "Ortografia Patronizada"

Foto: Cuplikan visual dari tulisan

Tabik! Ini bukan curhat, melainkan informasi ringan seputar bahasa. Sudah beberapa kali saya ditanya tentang ejaan yang saya gunakan untuk menulis puisi, cerpen, artikel dan lain-lain dalam bahasa Tetun Nasionalbahasa nasional dan resmi pertama Timor-Leste. Saya menjawab bahwa saya selalu menulis dan menerjemahkan dengan ejaan resmi Timor-Leste yang disahkan oleh pemerintah RDTL pada tanggal 14 April 2004. Namanya "Ortografia Patronizada" (Ejaan Baku). Tetapi sayang, hingga kini, ejaan baku ini belum digunakan secara menyeluruh di Timor-Leste sehingga terdapat "Babel" penulisan. Bagi saya, ejaan sebuah bahasa nasional atau resmi merupakan bagian dari identitas nasional sebuah negara yang patut dihormati. Tentu, sebagai orang Indonesia, saya akan "tersinggung berat" kalau seorang asing menulis dalam bahasa Indonesia tanpa mengindahkan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Tentu kita tidak dapat membayangkan masa depan sebuah bahasa resmi tanpa ejaan yang baku. Berikut ini adalah Sejarah Ejaan Baku Bahasa Tetun yang diterbitkan Instituto Nacional de Linguística di Dili, Timor-Leste. Silakan klik https://www.scribd.com untuk membacanya. 

Salam bahasa dan sastra,

Thursday, August 18, 2016

IN MEMORIAM: Seorang Petani Tradisional dan "Pengurai" Silsilah

Simon Petrus Tunliu (Dokumen Pribadi)

SEBAGAI cucu, setiap tahun, sesuai dengan tradisi kami, saya menyalakan sebatang lilin untuk mendoakan arwah ba'i (kakek) sayabapak dari mama sayaSimon Petrus Tunliu (Suli Tunliu) yang kembali ke hadirat Tuhan pada tanggal 18 Agustus 1996 (hari ini tepat dua puluh tahun). Hari penting ini mudah diingat karena bertepatan dengan hari ulang tahun adik bungsu saya Ardhy Manhitu. Sekali lagi, selamat ulang tahun, Dik Ardhy! Semoga Adik selalu diberkati Tuhan dengan kesehatan, keberhasilan, dan kebahagiaan.

Setiap kali memperingati hari meninggalnya Ba'i Simon, secara pribadi, sebagai pencinta bahasa dan sastra, saya mengenang kepergian sosok bahasawan dan sastrawan Dawan sejati (menurut arti dan konteks tradisional). Sekadar untuk diketahui, tanpa bermaksud untuk memamerkan secara tidak proporsional, ba'i saya seorang petani tradisional yang juga penutur silsilah dan riwayat suku di kampung, bukan di sonaf (istana). Ba'i juga piawai berpantun Dawan---hal yang belum bisa saya warisi dengan sempurna. Perlu lebih banyak upaya untuk maksud indah ini. Ba'i saya memang bukan pesohor bahasa dan sastra yang pernah muncul di layar kaca. Tetapi dengan cara dan peranannya sendiri, ba'i saya melakukan apa yang patut dilakoni sesuai dengan konteks budaya dan sosial zamannya di pelosok Timor Barat. Harus saya akui bahwa dorongan bagi saya untuk tetap bi(a)sa berbahasa dan bersastra Dawan pertama-tama datang dari ba'i saya ini. Ikatan emosional di antara kami pun lebih kuat, terutama karena saya adalah cucu pertama dan lahir di kampung mama. Obrolan-obrolan kami di dalam "rumah bulat", di sekitar tiga batu tungku (Dawan: tunaf teun), di Desa Sunuyang terletak di kaki Gunung Sunu, Kab. Timor Tengah Selatan, NTTtatkala saya masih bocah, pada saat menikmati liburan di kampung, tetap membekas indah dan segar hingga kini, ketika sudah lama saya tidak tinggal di kampung dan menikmati udara yang begitu segar di kaki "gunung botak" itu.

Dalam mempelajari dan juga melestarikan bahasa dan sastra, termasuk bahasa dan sastra daerah, kita perlu merujuk ke sosok-sosok yang dianggap sebagai teladan. Untuk konteks Dawan, para atekanab (atakanab) dan mafefâ adalah sosok-sosok ideal yang secara lisan menjaga kemurnian bahasa dan sastranya. Tentang hal ini, saya teringat akan kata-kata bagus Samuel Jonhson, sang pekamus legendaris Inggris itu: "It is the poets who keep the purity of the language" (Para penyairlah yang menjaga kemurnian bahasa).

Akhir kata, sebagai seorang cucu, saya berdoa agar Tuhan, Sang Pujangga Mahaagung, memberikan istirahat dan kebahagiaan surgawi kepada hambanya Simon Petrus Tunliu. Dan kiranya dari surga, alam terpuitis, sang mantan petani kecil dan "atekanab" mendoakan para anak dan cucunya yang masih mengembara di muka bumi ini. Uisneno nok ma npanat kit piuta (Dawan: Tuhan menyertai dan melindungi kita selalu). (Berbah, Yogyakarta, Kamis, 18 Agustus 2016)

Monday, August 1, 2016

Terima kasih, Ibu Meinar Louis! Selamat beristirahat!

Foto: http://www.provoke-online.com

Meinar Louis, pencipta lagu anak-anak "Bintang Kecil", tutup usia pada hari Selasa, 28 Juli 2016 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, di usia 85 tahun. Terima kasih, Ibu Meinar! Semoga arwah Ibu memperoleh istirahat dan damai surgawi. "Bintang Kecil" adalah lagu pertama yang saya hafal secara utuh puluhan tahun silam. Disadari atau tidak, lagu yang Ibu ciptakan telah membantu berjuta anak kecil belajar menjadi nyaman dengan "tempat bintang". Salam hormat,
-----------------------------------

Bintang kecil, di langit yang biru
 Amat banyak, menghias angkasa
Aku ingin, terbang dan menari
Jauh tinggi, ke tempat kau berada

Mulailah menulis puisi atau apa pun ....

Ilustrasi: uzxfa2csh2.americanunfinished.com

Kata suara hati, "Mulailah menulis puisi atau apa pun dalam bahasa yang paling maksimal kaugunakan sebelum kaucoba untuk melakukannya dalam bahasa lain." Ternyata benar, kepekaan diksi dan lain-lain dimulai dalam bahasa kita sendiri, termasuk bahasa daerah kita yang jarang dipakai untuk menulis. (Maredan, Berbah, Yogyakarta)